Keajaiban Taman Nasional Ujung Jawa

Keajaiban Taman Nasional Ujung Kulon dan Badak Jawa

Taman Nasional Ujung Kulon, terletak di ujung barat Pulau Jawa, Kabupaten Pandeglang, Banten, adalah keajaiban alam yang menjadi saksi bisu kekuatan alam dan upaya pelestarian. Didirikan pada 26 Februari 1992 sebagai taman nasional pertama di Indonesia, kawasan seluas 122.956 hektar ini—terdiri dari daratan 78.619 hektar dan perairan 44.337 hektar—telah diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Alam Dunia sejak 1991. Keindahannya yang perawan, dari hutan tropis lebat hingga pantai berpasir putih, menjadikannya surga bagi pecinta alam, sementara badak Jawa menjadi simbol harapan konservasi.

Keajaiban utama Ujung Kulon adalah habitat satu-satunya di dunia bagi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), spesies langka yang terancam punah. Dengan populasi diperkirakan 50-70 ekor, badak ini berkembang biak secara alami di semenanjung Ujung Kulon seluas 38.000 hektar, di mana mereka hidup bebas di hutan lebat dan padang rumput. Badak bercula satu ini, yang pemalu dan nocturnal, sering meninggalkan jejak kaki besar sebagai tanda kehadirannya. Namun, ancaman seperti perburuan liar untuk cula dan daging, serta kematian alami, membuat program translokasi ke Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) menjadi prioritas, didukung UNESCO dan Kementerian Kehutanan.

Selain badak Jawa, Ujung Kulon kaya biodiversitas. Lebih dari 35 jenis mamalia, seperti banteng, macan tutul, owa Jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aigula), dan anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), berkeliaran di hutan. Lebih dari 240 spesies burung endemik, 59 reptilia, dan 33 jenis terumbu karang menghuni perairan. Letusan Gunung Krakatau 1883 justru meregenerasi ekosistem ini, menciptakan hutan primer dengan pohon ficus raksasa dan sungai-sungai jernih. Pulau Peucang, “Dream Island”, menawarkan snorkeling di terumbu karang warna-warni, sementara Pulau Panaitan dan Handeuleum menyuguhkan pantai eksotis dan trekking di jalur hutan.

Pengunjung dapat menjelajahi keajaiban ini melalui wisata ekowisata, seperti pengamatan satwa liar dari kejauhan atau trekking di Gunung Honje. Waktu terbaik adalah April-Oktober saat musim kemarau, dengan fasilitas seperti penginapan Sundajaya dan perahu sewaan. Budaya lokal Sunda di sekitar kawasan menambah pesona, meski akses terbatas untuk melindungi habitat.

Tantangan seperti perubahan iklim dan overtourism menuntut kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan wisatawan. Dengan dukungan UNESCO, Ujung Kulon tetap menjadi benteng terakhir badak Jawa dan laboratorium ekologi hidup. Keajaiban ini mengajak kita menghargai alam: kunjungi dengan bertanggung jawab, tanpa menyentuh satwa atau meninggalkan sampah, agar warisan ini lestari untuk generasi mendatang.

By admin

Related Post